Sunday 30 August 2009

Resensi Buku Baru | Memburu Noordin M Top


Judul : Memberantas Terorisme, Memburu Noordin M Top
Penulis : Nasir Abas
Penerbit : Grafindo Khazanah Ilmu
Tebal : 187 Halaman
Terbit : Agustus 2009

Mengendus Jejak Noordin M Top

NAMA Noordin M Top kembali mengemuka menyusul terjadinya kembali pengeboman Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton di kawasan bisnis Mega Kuningan, Jakarta Selatan pada 17 Juli 2009. Noordin M Top disebut sebagai aktor utama aksi bom bunuh diri yang menewaskan sembilan orang dan melukai 53 orang lainnya, melalui jaringan organisasi Jamaah Islamiyah (JI).

Meski pihak kepolisian berhasil menangkap dan menembak mati sejumlah pelaku yang ditenggarai terlibat dalam aksi pengeboman tersebut, Noordin M Top sampai kini masih belum bisa dibekuk. Warga negara Malaysia ini statusnya menjadi buronan nomor satu, setelah nyaris tujuh tahun sejak terjadi Bom Bali I pada 12 Oktober 2002 menjadi buruan aparat keamanan.

Perburuan terhadap Noordin M Top tampaknya bukan hal mudah. Noordin M Top yang pernah mengeyam pendidikan dan mengajar di Universitas Teknologi Malaysia ini sepertinya begitu licin. Dia tampaknya mampu membaca rencana aparat keamanan yang berusaha untuk menangkapnya.

Bukan itu saja, dia melalui jaringan organisasinya menunjukkan kemampuan merekrut anggota baru untuk melakukan aksi teror dengan menggunakan bom bunuh diri. Itu terbukti dalam aksi pengeboman baru-baru terjadi di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton. Kenyataan ini jelas tak membuat nyaman siapa pun, karena ancaman aksi terorisme bisa terjadi kembali kapan saja.

Untuk mengetahui bagaimana modus Noordin M Top melakukan aksi terorisme selama ini, Nasir Abas mengupasnya dalam buku Memberantas Terorisme, Memburu Noordin M Top yang diterbitkan Grafindo Khazanah Ilmu. Nasir Abas yang dikenal sebagai mantan Ketua Jamaah Islamiyah dan mantan Instruktur Noordin M Top membeberkan sepak terjang gembong teroris di tanah air.

Dalam buku ini, Nasib Abas menjelaskan mengapa Noordin M Top mengambil jalan kekerasan dengan melakukan aksi bom bunuh diri, paham yang dianutnya, cara melakukan rekrutmen anggota baru, sampai mempengaruhi anggotanya untuk melakukan aksi bom bunuh diri. Tak ketinggalan penulis menjelaskan penyebab Noordin M Top sampai kini masih sulit untuk ditangkap.

Meski sederhana, pandangan Nasir Abas ini layak untuk disimak untuk bisa memahami bagaimana jaringan terorisme Noordin M Top ini bisa bertahan dan melakukan aksi bom bunuh diri, meski secara sporadis. Hal yang penting dalam buku ini, penulis membedah cara pandang menyimpang tentang konsep jihad yang dipegang Noordin M Top dan pengikutnya.

Nasir Abas secara terperinci dan terstruktur menjabarkan konsep jihad yang sebenarnya dan pada kondisi seperti apa bisa diterapkan. Penjelasan ini cukup menarik untuk meluruskan penilaian kita tentang konsep jihad yang sebenarnya. Dan, terpenting diterangkan juga bahwa aksi teror itu berbeda dengan jihad.

Sebab, sejatinya terorisme adalah tindakan kriminal. Di dalamnya ada sikap mengintimidasi, menggunakan kekerasan, melakukan perusakan, dan melawan nilai-nilai kemanusiaan. Jelas itu berbeda dengan konsep jihad yang dilakukan untuk menegakkan keadilan dan melakukan perbaikan.

Hal itu sesuai dengan pandangan mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal (Purn) TNI Dr AM Hendropriyono. Dia mengatakan untuk mencegah terorisme adalah menghentikan cara berpikir seseorang yang berkepribadian terbelah. (wasis wibowo)

No comments:

Post a Comment