Tuesday 29 September 2009

Resensi Buku Baru | Cawandatu di Timur Matahari


Judul : Cawandatu di Timur Matahari
Penulis : N Syamsuddin CH Haesy
Penerbit : Salamadani
Tebal : 155 Halaman
Terbit : Agustus 2009

Kearifan Mengolah Sumber Daya Alam

INDONESIA dikenal memiliki sumber daya alam yang begitu kaya dan beraneka ragam. Semua kekayaan alam itu terhampar di atas permukaan bumi dan terkandung di dalam perut bumi. Seperti sumber hutan berlimpah, air bersih, dan potensi bahan mineral.

Semua itu sebenarnya menjadi jaminan bahwa Indonesia bisa menjadi negeri gemah ripah loh jinawi. Rakyatnya pun seharusnya bisa hidup makmur dan bahagia dengan karunia yang tak terkira itu. Namun, kenyataanya di luar perkiraan itu semua.

Indonesia yang memiliki kekayaan sumber daya alam, masih dalam kategori negara yang berkembang. Kalah dengan beberapa negara kecil dan miskin sumber daya alam, yang ternyata sudah menjadi negara maju.

Rakyatnya yang besar bukan menjadi potensi untuk mengelola sumber daya yang berlimpah. Sebaliknya, masih banyak yang hidup dalam garis kemiskinan dan ironisnya mereka berada di sekitar sumber daya alam itu. Baru segelintir saja yang merasakan ‘kelezatan’ sumber daya alam itu.

Tentu ini sebuah masalah dan pasti ada yang salah dalam mengelola sumber daya alam tersebut. Salah satunya adalah dalam mengelola kekayaan alam, ternyata kita masih sering melakukannya dengan cara yang kurang tepat. Semua dilakukan terfokus untuk menguras sebesar-besarnya potensi kekayaan alam, tanpa memperhatikan efek sampingnya.

Dalam buku Cawandatu di Timur Matahari karya N Syamsuddin CH Haesy dibedah betapa besarnya kekayaan alam yang terkandung di atas dan pemukaan bumi Indonesia . Buku setebal 155 halaman yang diterbirkan Penerbit Salamadani ini juga menyinggung betapa sembrononya kita dalam mengelola sumber daya alam yang berharga itu.

Misalnya sumber batubara yang dimiliki Indonesia diperkirakan masih ada sekitar 50 miliar ton dan yang baru digunakan tak lebih dari 5 miliar ton. Jumlah itu bisa dijadikan cadangan bahan bakar untuk menjadi sumber listrik. Ironisnya, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum bisa menikmati aliran listrik.

Padahal konsumsi listrik Indonesia tak lebih dari 101 miliar KWH atau jauh di bawah Amerika Serikat yang mencapai 3,6 triliun KWH. Ini sungguh ironis karena Indonesia masih menyimpan potensi kekayaan alam yang belum digunakan secara baik.

Itu belum seberapa, pengelolaan yang serampangan terjadi dalam memanaje potensi air. Kebutuhan standar air setiap orang di Indonesia mencapai 60 liter/orang/hari, namun baru terpenuhi 10 liter/orang/hari. Anehnya, pencemaran terhadap air dibiarkan dan hutan sebaggai sumber penyedia air bersih jumlahnya semakin tergerus.

Buku ini penulis memberikan pandangan agar kita lebih arif mengelola sumber daya alam yang dimiliki. Penulis mengambil contoh pengelolaan sumber daya alam nikel di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan oleh INCO. Dengan pengelolaan yang arif, potensi nikel diekspolarasi secara maksimal dan meminimalisir kerusakan alam. (wasis wibowo)

No comments:

Post a Comment