Wednesday, 29 July 2009
Judul Buku : Catatan dari Balik Dapur Si Tukang Masak
Penulis : Bara Pattiradjawane
Penerbit : Gagas Media
Terbit : Juli 2009
Tebal : 258 Halaman
Harga : Rp39.500
Resep Penuh Cinta Si Tukang Masak
ANDA yang hobi masak-memasak, pasti tidak asing lagi dengan nama Bara Pattiradjawane. Karena, lelaki dijuluki Si Tukang Masak ini begitu popular karena secara rutin tampil mengisi acara kuliner di sebuah stasiun televisi swasta dan sebuah majalah di Ibu Kota. Kehangatan dan keramahannya pun membuatnya menjadi tukang masak favorit bagi para pecinta kuliner.
Namun, bukan sekadar wajahnya sering nonggol di layar kaca dan media cetak yang membuatnya terkenal. Dia memiliki kelebihan dari cara memasak dan racikan resep yang disajikan begitu khas. Selain pilihan bahan-bahannya relatif mudah didapat, resepnya dan cara memasaknya aplikatif. Siapa pun bisa melakukannya dan menjadikan kegiatan memasak disukai semua orang.
Di tangan Bara, begitu biasa dia disapa, pelbagai jenis makanan menjadi mudah dibuat dan penuh cita rasa. Mulai dari makanan kelas warung tegal sampai sajian hotel berbintang, dari jajanan pasar hingga kue-kue pesta, semua dapat diracik dan diolah dengan cara sederhana sehingga rasanya menjadi luar biasa.
Kepiawaian Bara dalam mengolah dan menyajikan beragam makanan lahir dari kecintaannya terhadap dunia kuliner. Hal itu membuat inovasi, kreativitas, dan improvisasinya dalam memasak menjadi begitu unik dan original. Boleh jadi bahan, teknik, dan resep yang digunakan sama, namun sentuhan cintanya membuat hasil masakannya benar-benar berbeda.
Sentuhan penuh cinta itu pun terasa dalam buku kuliner kedua yang baru diluncurkan baru-baru ini. Dalam buku berjudul Catatan dari Balik Dapur Si Tukang Masak yang diterbitkan Gagas Media, tak hanya menyajikan berbagai resep masakan khas Bara. Juga mengungkapkan berbagai cerita di balik lahirnya sebuah resep masakan yang dibuatnya. Jadilah buku setebal 258 halaman ini sebuah buku kuliner yang unik.
Dari berbagai cerita menarik yang dituangkan Bara dalam buku ini, diketahui bagaimana kreativitasnya Si Tukang Masak ini. Dia mampu menjadikan menu masakan warung tegal, tukang kue keliling, masakan rumah makan ternama, dan resep masakan hotel, menjadi inspirasi. Lalu memodifikasinya menjadi lebih menarik, seperti membuat soto ayam, kue putu, sampai paste, dan spaghetti tuna.
Diungkap pula mengapa kecintaan Bara terhadap dunia masak-memasak ini begitu besar. Seperti, ketika kecil dia suka main masak-masakan bersama teman sepermainan membuat gado-gado dari tanah, atau saat pertama memasak domba kecap hasilnya malah gosong. Namun, pengalamannya itu mengubahnya menjadi seorang yang tak takut salah dalam melakukan inovasi untuk memasak. Sehingga buku ini mampu memotivasi siapa saja yang membacanya untuk menyukai dan mencintai kegiatan masak-memasak.
Pengalamannya hidup di luar negeri pun menambah kaya inovasi resep masakan Bara. Ditambah kecintaanya dengan kuliner tanah air, menjadikannya kombinasi yang penuh warna sesuai cita rasa Indonesia , seperti menu kerang hijau dengan kuah wine. Semua bisa disajikan di mana saja dan kapan pun, disesuaikan suasana dan kebutuhan.
Kisah yang penuh warna dan rasa dalam buku ini semakin menarik dengan tampilan yang funky dan penuh warna. Buku ini penuh keceriaan dan kecintaan terhadap dunia memasak, sehingga patut dimiliki siapa pun, termasuk yang baru belajar untuk memasak.
Bara mengubah pandangan bahwa memasak yang selama ini sulit dan menjadi wilayah para chef, koki, atau ibu-ibu, menjadi sangat mudah dan bisa dilakukan siapa saja. Memasak bila ditambahkan ‘resep’ cinta jadi bisa begitu menyenangkan dan penuh warna. (wasis wibowo)
Labels:
Bara Pattiradjawane,
Buku Baru,
Buku Kuliner,
Resensi Buku
Saturday, 11 July 2009
Resensi Buku Baru | Perpustakaan sebagai Jantung Sekolah
Judul Buku : Perpustakaan sebagai Jantung Sekolah
Penulis : Suherman MSi
Penerbit : MQS Publishing
Terbit : Februari 2009
Tebal : 222 Halaman
Menjadikan Perpustakaan Asyik Dikunjungi
DI setiap institusi pendidikan, keberadaan perpustakaan diibaratkan sebagai jantung. Bila kondisi perpustakaannya baik, maka bisa dinilai institusi pendidikan tersebut berjalan baik. Sebaliknya, bila kondisi perpustakaannya buruk, itu mencerminkan kondisi pendidikan di tempat itu yang buruk pula.
Hal tersebut pun berlaku di dalam sebuah komunitas dan masyarakat. Bila di tengah mereka tak ada perpustakaan umum yang dikelola secara baik, maka bisa diukur tingkat pendidikannya. Jadi perpustakaan memegang peranan penting di sebuah institusi pendidikan dan masyarakat, bukan sekadar tempat berisi tumpukan buku.
Agar perpustakaan menarik, perlu penataan dan pengelolaan yang serius, bukan sekadar baik. Dengan pengelolaan yang serius bisa membuat perpustakaan menjadi tempat yang favorit dan menarik dikunjungi siapa pun. Dan, tak hanya dijuluki Gudang Ilmu yang berkonotasi tempat menyimpan berbagai benda tak terpakai, tapi sebagai Sumber Ilmu yang bermakna sebagai tempat dinamis untuk membuka cakrawala pengetahuan.
Bagaimana agar perpustakaan bisa diubah menjadi tempat yang menyenangkan dikunjungi siapa pun, dikupas dalam buku Perpustakaan Sebagai Jantung Sekolah karya Suherman MSi. Buku setebal 222 halaman yang diterbitkan MQS Publishing merupakan referensi yang tepat untuk mengelola perpustakaan sekolah dan perpustakaan umum.
Buku ini membahas secara lengkap dan ideal agar perpustakaan menjadi tempat yang menyenangkan untuk dikunjungi. Dijelaskan bagaimana sistem penataan buku yang baik, menata ruangan secara apik, sistem pelayanan, sampai program yang rutin dilakukan secara berkala.
Jadi tak lagi menganggap perpustakaan sebagai Gudang Ilmu yang dikunjungi saat membutuhkan referensi. Tapi sebagai Sumber Ilmu yang wajib disambangi secara rutin setiap saat. Sebab, ilmu adalah sesuatu yang dinamis dan selalu berkembang mengikuti cepatnya perkembangan zaman. (wasis wibowo)
Labels:
Buku Baru,
Mqs Publishing,
Perpustakaan,
Resensi Buku
Thursday, 9 July 2009
Resensi Buku Baru : The Lost Arabian Women
Judul Buku : The Lost Arabian Women
Penulis : Qanta A Ahmed
Penerbit : Ufuk Publishing House
Terbit : Mei 2009
Tebal : 615 Halaman
Menyingkap Tabir Perempuan Arab Saudi
MENYEBUT nama Arab Saudi yang terlintas dibenak adalah sebuah negeri yang diperintah dengan sistem monarki berlandasan nilai Islam yang kental. Yang paling menonjol dan terkenal dari negeri gurun pasir ini adalah minyak bumi yang berlimpah dan. Tentunya, keberadaan dua kota suci bagi umat Islam, Mekkah dan Madinah, yang selalu dikunjungi ribuan jemaah haji setiap tahunnya.
Kehidupan masyarakatnya yang jarang terekspose keluar seakan berjalan lurus dan relatif tanpa masalah yang berarti. Namun, belakangan banyak penulis yang menguak kehidupan masyarakat Arab Saudi yang selama ini cenderung tertutup. Bahkan secara detail mengungkapkan fakta-fakta yang tersembunyi dan mencengangkan dalam masyarakat Arab Saudi.
Salah satu hal menarik adalah tentang kehidupan kaum perempuan Arab Saudi yang selama ini seakan begitu diselimuti tabir gelap. Tak salah bila buku The Lost Arabian Women yang diterbitkan Ufuk Publishing House merupakan buku yang menarik untuk dibaca. Apalagi buku setebal 615 halaman ini merupakan kisah nyata yang dialami penulisnya, Qanta A Ahmed, selama setahun tinggal di Riyadh .
Qanta seorang muslimah asal Pakistan yang berkuliah di Inggris dan Amerika Serikat, selama tinggal di Arab Saudi bekerja sebagai dokter spesialis penyakit dalam dan rawat darurat di rumah sakit King Fahad National Guard. Tugasnya itu membuatnya banyak berinteraksi dengan masyarakat Arab Saudi, khususnya kaum perempuannya.
Sebagai perempuan dan berstatus lajang, Qanta pun merasakan ketatnya peraturan yang diterapkan bagi kaum hawa. Meskipun dia seorang muslim, bukan perkara mudah untuk beradaptasi dengan syariat agama yang diberlakukan secara ketat di Arab Saudi.
Kewajiban untuk menggunakan abayah (jilbab) yang menutup seluruh tubuh mungkin bukan hal yang asing bagi Qanta. Namun, cara berinteraksi dengan pasien dan sesama dokter yang didominasi kaum hawa membuatnya harus ekstra sabar. Bagaimana tidak, kebanyakan kaum lelaki di Arab Saudi ternyata tidak mudah untuk sekadar menerima saran, apalagi disanggah pendapatnya oleh seorang perempuan.
Meskipun statusnya seorang dokter spesialis yang berhak memberikan pendapat untuk menanggani seorang pasien. Bahkan melihat kehadiran perempuan di tengah dominasi kaum pria pun sudah menjadi pembicaraan tersendiri. Pun dalam kehidupan sosialnya, Qanta merasa kehilangan jati dirinya sebagai seorang perempuan terpelajar dan mandiri.
Maklum di Arab Saudi tak lazim seorang perempuan lajang tinggal sendiri di sebuah rumah. Mereka pun dilarang keluar rumah sendiri, tak boleh mengendarai mobil, dan berkumpul bersama lelaki yang bukan keluarga atau suaminya. Sebagai seorang lajang, gerak-geriknya pun seakan selalu diawasi oleh polisi norma (Mutawaeen) yang siap mengintrogasi dan menghukum bila kedapatan melanggar aturan.
Perbedaan budaya dan peraturan yang ketat itu membuat Qanta banyak mendapatkan pengalaman yang menakjubkan, mencengangkan, bahkan memuakkan. Misalnya, perempuan muda Arab Saudi yang lebih atraktif menunjukkan hasrat cintanya pada lawan jenis melalui dunia maya. Sebab, dalam keseharian mereka tak mungkin menunjukkan secara langsung perasaannya kepada orang yang disukai.
Diungkapkan pula karakter pria Arab yang terlihat necis, modern, dan terdidik, namun untuk urusan cinta dan mencari jodoh pasrah terhadap pilihan orangtua. Dan, bagaimana seorang pria yang telah berkeluarga dan memiliki beberapa anak, bisa begitu mudah berkeinginan menikah kembali. Anehnya, ada segelintir perempuan Arab yang suka menjadi istri kedua atau ketiga hanya agar bisa lebih bebas beraktivitas di luar rumah.
Namun, Qanta pun mengungkapkan rasa takjubnya ketika menjalankan ibadah haji dan umrah. Termasuk betapa dermawannya orang Arab Saudi untuk menolong orang yang tertimpa kesulitan. Serta perjuangan kaum perempuan Arab Saudi untuk memperoleh pendidikan dan kesetaraan dalam kehidupan sosial.
Karena selama ini perempuan di Arab Saudi selalu dinomorduakan dalam pendidikan dan karier. Sampai ada sebuah anekdot ketika Perang Teluk pecah ada sebuah pesawat tanker Amerika Serikat yang dipiloti seorang perempuan hendak mendarat, namun ketika meminta izin menara pegawas tak mendapat respon apa pun.
Sang pilot perempuan Amerika ini mengira radio komunikasinya rusak karena tak mendapat jawaban, sampai akhirnya pilot lelaki mencoba berkomunikasi dan akhirnya bisa mendapat respon. “Di sini perempuan dilarang mengendarai mobil, makanya ketika mendengar suara perempuan di pesawat mungkin dikira hantu yang berbicara,” ujar rekannya. Untunglah, saat ini perempuan sudah diperbolehkan mengendarai mobil dan internet pada 1998 sudah masuk Arab Saudi.
Buku yang ditulis Qanta ini menyajikan secara apik dan detail gambaran kehidupan sosial masyarakat, khususnya tentang kaum perempuan di Arab Saudi. Mulai dari bagaimana mengungkapkan hasrat cintanya, menggapai cita-cita, meniti karier, dan mendapat kesetaraan status sosial. Temukan secara lengkap kisah-kisah menarik dalam buku ini. (wasis wibowo)
Wednesday, 8 July 2009
Resensi Buku Baru : Character First
Judul Buku : Character First, Berbisnis dengan Jalan Lurus
Penulis : Sofjan R Tamim
Penerbit : Gibons Books
Terbit : April 2009
Tebal : 448 Halaman
Jalan Lurus Bisnis Sofjan Tamim
KETIKA sebuah potensi dan ketulusan bertemu dengan keangkuhan, lebih seirng akan dianggap sebagai sebuah ancaman dan pemberontakan. Sebaliknya, bila dipertemukan dengan sebuah secuil kesempatan, maka yang terwujud adalah kesuksesan berbalut kesederhanaan.
Tak ada keinginan untuk membusungkan dada, apalagi berniat melakukan pembalasan atas perlakuan buruk yang pernah diterima. Yang ada selalu keinginan untuk selalu berbagi kepada semua orang agar bisa meraih kesuksesan serupa.
Itulah pelajaran yang terungkap dari dalam diri sosok Sofjan R Tamim melalui biografinya berjudul Character First! Berbisnis dengan “Jalan Lurus”. Buku setebal 448 halaman menghamparkan perjalanan hidup dan perjuangan Sofjan R Tamin merintis bisnis dari kecil hingga menjadi perusahaan besar.
Banyak pelajaran berharga dari kesederhanaan dan keteguhan yang bisa dipetik dari perjalanan hidup putra pengusaha legendaris Indonesia Rahman Tamin dalam buku yang diterbitkan Gibons Book ini. Salah satu yang paling penting adalah sikapnya yang memilih meniti bisnis dari awal daripada meneruskan kesuksesan ayahnya.
Bukannya tak ada keinginan melangengkan kejayaan dinasti bisnis ayahnya yang terkenal dengan nama Ratatex pada era 1940-50an. Sofjan R Tamim memilih jalan sendiri karena tak ingin bersengketa dengan keluarga besar ayahnya yang berebut mewarisi Ratatex.
Apalagi sebelumnya secara halus dia telah ‘disingkirkan’ paman-pamannya ketika berusaha memberikan saran untuk menyelamatkan Ratatex dari kehancuran. Lalu, dia hanya diberi sekitar 15% kekayaan ayahnya, sebagian besar lainnya telah dialihkan ke tangan keluarga besar ayahnya.
Namun, dengan modal kecil itu dia membuktikan kepiawaiannya dan ketulusannya dalam berbisnis sehingga berbuah kesuksesan. Berawal dari perusahaan kecil pembuat baut dan mur bernama CV Apollo, kini dia semakin berkibar dalam bisnisnya yang berbendera PT Moon Lion Industries.
Sebaliknya, Ratatex yang pernah berjaya dan begitu legendaris, kini sudah hancur dan hanya tinggal kenangan. Meski demikian, Sofjan R Tamim membuktikan bahwa dia mewarisi kepiawaian dan ketulusan ayahnya dalam berbisnis. Sehingga dalam kurun 36 tahun dia tetap eksis dalam berbisnis, sama seperti ayahnya ketika membangun dan berkibar bersama Ratatex.
Buku ini tak hanya mengulas sukses bisnis Sofjan R Tamin, juga menapaktilasi perjuangan ayahnya (Rahman Tamim) membangun Ratatex sejak era sebelum kemerdekaan sampai era 1960-an. Lebih menarik, disinggung pula sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, karena selain dikenal sebagai pebisnis Rahman Tamim juga aktif berjuang bersama sejumlah tokoh nasional.
Jadi tak usah heran bila Rahman Tamim memiliki hubungan yang baik dengan para tokoh penting saat itu. Termasuk dengan Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta yang bersedia meresmikan pabrik tekstil Ratatex di Sidoarjo.
Buku ini layak dibaca para pebisnis atau profesional karena berisi sebuah pengalaman hebat bagaimana kiat memulai bisnis dari kecil menjadi besar. Dan, terpenting bahwa ketulusan melakukan sesuatu merupakan karakter penting sebagai modal untuk sukses dalam berbisnis dibandingkan modal atau nama besar. (wasis wibowo)
Sunday, 5 July 2009
Resensi Buku Baru | Nge-Blog dengan Hati
Judul Buku : Nge-Blog dengan Hati
Penulis : Ndoro Kakung
Penerbit : Gagasmedia
Terbit : Juni 2009
Tebal : 142 Halaman
Belajar Jadi Blogger yang Baik
AKTIVITAS nge-blog sudah begitu popular dan begitu mengasyikan. Sejumlah orang yang biasa nge-blog atau yang dikenal dengan blogger bahkan memiliki komunitas sendiri yang jumlahnya cukup besar. Para blogger pun terdiri dari beragam profesi, mulai dari ibu rumah tangga, siswa sekolah, sampai para profesional.
Motivasi setiap blogger membuat blog pun beragam, ada yang dijadikan sarana menumpahkan ide, berbagi pengalaman, curhat, dan tempat mendokumentasikan berbagai peristiwa, sampai digunakan untuk menghasilkan uang. Blog pun menjadi fasilitas berinteraksi dengan para blogger melalui aktivitas blog walking atau mengunjungi blog orang lain.
Begitu banyaknya manfaat dari aktivitas nge-blog, apakah setiap orang harus punya blog? Apakah karena semua orang-orang di sekitar kita sudah memiliki blog, lalu kita pun harus ikut punya blog? Tentu jawabannya relatif dan bergantung pada Anda sendiri. Karena memiliki blog bukan keharusan tapi sebuah sarana berekspresi.
Sebelum memutuskan mempunyai blog ada baiknya membaca buku Nge-Blog dengan Hati karya Ndoro Kakung yang diterbitkan Gagasmedia. Ndoro Kakung, nama popular Wicaksono di dunia blogger, dalam buku setebal 142 halaman memberikan pencerahan tentang aktivitas nge-blog.
Ndoro Kakung yang juga berprofesi sebagai jurnalis di salah satu media ternama di tanah air, dengan gaya penulisan yang santun dan ringan membedah secara detail hiruk pikuk dunia blogger. Bukan itu saja, Ndoro Kakung menyampaikan hal penting dan mendasar membuat blog, yaitu semangat untuk berbagi dengan orang lain.
Ternyata itu adalah modal penting bagi setiap orang untuk menjadi seorang blogger. Dengan semangat untuk berbagi, Anda punya energi besar untuk mengisi blog secara rutin, merawatnya setiap saat, dan berinteraksi dengan blogger lain. Karena bila motivasi mempunyai blog hanya sekadar untuk gaya, apalagi ikut-ikutan, atau mendapatkan uang, tentu akan membuat Anda cepat letih.
Blog adalah sarana berekspresi dan seharusnya menghadirkan sebuah kesenangan bagi Anda. Bukan sebaliknya membuat Anda letih dan kecewa karena tak mendapatkan apa yang diinginkan. Jadi nge-blog harus menggunakan hati, agar benar-benar tulus dan menghasilkan aktivitas yang berarti.
Buku ini mengupas pentingnya beretika dan sopan santun dalam dunia online. Bukan hanya karena sudah ada undang-undang yang mengatur dan melindungi aktivitas di dunia maya. Tapi yang lebih penting, aktivitas nge-blog bertujuan memberikan informasi yang tepat dan berguna bagi semua orang.
Sekali saja melakukan hal yang buruk, akan membuat kredibilitas kita di kalangan blogger menjadi rusak. Bila mampu menunjukkan sikap yang baik dan memperbaiki kualitas isi blog, kita banyak mendapat keuntungan.
Itu tak hanya berkaitan dengan materi, sebab blog tak akan menghasilkan uang secara langsung. Meskipun, blog bisa menjadi saran mendapatkan uang. Sebab, bila blog kita isinya berkualitas, maka mengangkat kredibilitas dan kompetensi kita. Hal itu, bisa membuat kita diundang sebagai pembicara atau menulis buku yang tentu bisa menghasilkan uang.
Jadi untuk menceburkan diri sebagai blogger dan berselancar di dunia maya perlu niat yang baik. Karena media online diibaratkan sebagai senjata yang ampuh. Bila kita mampu menggunakan dengan baik, akan menjadi sarana yang ampuh membangkitkan potensi diri kita. Namun, jika kita tak piawai menggunakannya, bisa-bisa mencelakakan diri sendiri. (wasis wibowo)
Resensi Buku Baru | Footnotes, Hidup Tanpa Batas
Judul Buku : Footnotes, Hidup Tanpa Batas
Penulis : Lena Maria Klingvall
Penerbit : Dastan Books
Terbit : Mei 2009
Tebal : 245 Halaman
Catatan Kaki yang Mengentak Dunia
MEMBACA buku Footnotes, Hidup Tanpa Batas karya Lena Maria Klingvall, begitu mengentak kesadaran. Ketidaksempurnaan fisiknya seakan telah menampar kita semua yang dianugerahi kesempurnaan untuk bangun, bangkit, dan berkarya. Meski terlahir dengan satu kaki, tanpa tangan dan kaki kiri yang cacat, perempuan kelahiran Stockholm, Swedia, mampu menerabas segala rintangan yang dianggap tak mungkin dilakukan.
Sejak dilahirkan ke dunia, Lena telah disambut dengan kesedihan dan cucuran air mata kedua orangtua serta keluarganya. Kehadiran seorang bayi yang seharusnya disertai kebahagiaan berubah menjadi duka, karena Lena terlahir dengan fisik tidak sempurna. Dengan berat 2,4 kilogram, Lena terlahir tanpa lengan dan kaki kiri yang tak sempurna, hanya kaki kanannya yang normal.
Ayahnya yang berdinas sebagai tentara dan ibunya begitu syok dan dirundung kesedihan melihat kondisi anak pertama mereka. Kesedihan mereka bertambah karena dokter yang menanggani tak yakin kalau anak mereka bisa bertahan hidup. Rumah sakit pun menyarankan agar kedua orangtua Lena menyerahkan perawatan anaknya kepada mereka.
Setelah tiga hari kelahiran, Lena menunjukkan keceriaan layaknya bayi normal dan menyusu dengan kuat. Hal itu membuat ayahnya memutuskan merawat dan membesarkan Lena sendiri. “Cacat atau normal, seorang bayi tetap membutuhkan tempat tinggal yang nyaman,” ujarnya.
Lena diasuh penuh kasih sayang dan diajarkan agar bisa mandiri di lingkungan pedesaan yang sederhana di Klerebo. Setahun kemudian Lena memiliki seorang adik perempuan dan terlahir normal bernama Olle. Meski Lena tak sempurna, kedua orangtuanya tak pernah memberikan perlakuan khusus.
Lena diajak berkebun, membantu ayahnya memelihara ternak, dan bermain bersama. Tujuannya memperlakukan Lena layaknya anak normal dan agar tidak minder dalam pergaulan. Bahkan ketika menghadapi kesulitan Lena diajarkan untuk mengatasi sendiri. Misalnya saat terjatuh, ibunya membiarkan Lena yang menangis minta tolong dan menyuruhnya merangkak ke pagar, lalu dijadikannya penyangga untuk berdiri.
Tumbuhlah Lena menjadi anak yang penuh percaya diri, mandiri, sekaligus ceria. Bahkan rasa ingin tahunya yang besar melebihi anak normal lainnya. Dia senang melukis, menjahit, dan berenang meski hanya menggunakan kaki kanannya, di samping hobinya menyanyi.
Akhirnya Lena mampu mewujudkan mimpinya meraih prestasi di bidang olahraga, seni, dan berkeliling dunia. Dia terpilih sebagai atlet renang nasional Swedia pada Paralympic Games di Korea Selatan 1988. Menerima beasiswa University College of Music Stockholm dan Berkeley College of Music di Amerika Serikat atas beasiswa Ratu Swedia Silvia.
Lena pun secara rutin mengunjungi beberapa negara, seperti Jepang, India, dan Amerika Serikat untuk menggelar konser menyanyi dan mengisi acara inspirasi di televisi. Dia membuktikan kepada semua orang dan dunia, keterbatasan fisik tak menghalangi seseorang untuk berprestasi dan mewujudkan mimpinya.
Kisah hidup, perjuangan, dan pengalaman Lena ditulis secara apik dalam buku Footnotes yang diterbitkan Dastan Books. Begitu mengagumkannya perjalanan hidup Lena, membuat buku yang telah diterjemahkan dalam lima bahasa ini selalu menjadi best seller. Anda pun sebaiknya jangan melewatkan buku setebal 245 yang penuh inspirasi ini.
Dalam bukunya ini Lena mengajak semua orang membuka pikiran bahwa orang yang tidak sempurna bisa meraih prestasi dan berguna. Kuncinya hanya diberikan perlakuan dan kesempatan yang sama. Sehingga orang yang tak sempurna secara fisik tak merasa terasingkan. Lena yang ketika lahir disambut tangis dan kesedihan, mampu mengubahnya menjadi kebahagiaan serta menemukan cinta sejati seperti orang yang terlahir sempurna.
Melalui Footnotes, Lena mengajak kita merenungi, bahwa banyak orang yang sempurna gagal menemukan tujuan hidup dan kebahagiaan karena membatasi diri sekaligus menganggap dirinya tak sempurna. Lebih parah, banyak orang yang sempurna lebih senang membuat orang lain menjadi ‘cacat’ sehingga hidupnya terbelenggu dan penuh duka. (wasis wibowo)
Subscribe to:
Posts (Atom)