Thursday, 8 October 2009
Resensi Buku Baru | The Jack Welch Secret
Judul : The Jack Welch Secrets
Penulis : Stuart Crainer
Penerbit : Daras Books
Tebal : 208 Halaman
Terbit : September 2009
Sepuluh Rahasia Sukses “Neutron” Jack
AGAR sebuah perusahaan bereputasi besar dan struktur organisasi yang kompleks tetap dinamis, tak sekadar diperlukan sebuah perubahan tapi diperlukan lompatan besar yang revolusioner. Biasanya perusahaan yang telah memiliki nama besar dengan “postur” yang “tambun” cenderung bersikap moderat dan memilih menikmati reputasi yang telah dibangun.
John Francis Welch Junior atau yang kemudian popular dengan sapaan Jack Welch pun mengambil keputusan besar dan revolusioner begitu dirinya ditunjuk untuk menjabat sebagai CEO dan chairman General Electric (GE) pada Desember 1980. Penunjukkan pria asal Peabody, Massachusetts ini sebagai CEO GE kedelapan saat berusia 45 tahun merupakan rekor tersendiri. Jack Welch merupakan CEO termuda sepanjang sejarah 92 tahun GE.
Walaupun menyandang sebagai CEO termuda dan memegang kendali sebuah perusahaan yang menjadi model keperkasaan korporat Amerika Serikat dan dikenal memiliki teknik manajemen modern, Jack Welch tak mau terlena menikmati reputasi besar GE. Sebaliknya, dia menilai GE yang begitu besar terlihat lambat bergerak, walaupun ketika itu pendapatan bersihnya USD1,7 miliar dan pertumbuhan 9% per tahun.
Jack Welch yang selama ini dikenal sebagai orang dalam GE, awalnya dianggap tak akan banyak mengubah budaya kerja di perusahaan yang didirikan oleh Thomas Alva Edison pada 1787 ini. Apalagi dia dipilih melalui proses pengkaderan yang panjang dan dipersiapkan secara matang oleh pendahulunya, Reginald “Reg” Jones. Namun, anggapan itu terbalik 180 derajat, Jack Welch malah membuat GE berguncang dengan serangkaian gebrakan yang diambilnya.
Dalam kamus Jack Welch tak ada perubahan bertahap, semua dilakukan dengan lompatan besar. Dia tak mau hanya diam di ruangan dan kursi empuk, sebaliknya malah tak bisa diam dan turun ke bawah untuk memosisikan ulang keberadaan GE agar adaptif dan kreatif. Dia berusaha membangkitkan potensi seluruh karyawan untuk memastikan GE tetap dinamis.
Alhasil, pada 1997 saja total aset GE membengkak menjadi USD272,4 miliar dolar, pendapatan total USD79,18 miliar. Itu belum termasuk laba yang dihasilkan sebesar USD7,3 miliar dan membuat GE bernilai USD200 miliar. Dengan jumlah karyawan yang lebih ramping sekitar 260.000 orang di seluruh dunia.
Padahal ketika pertama kali menjadi CEO pada 1981, aset GE hanya USD20 miliar dan revenue USD27,24 miliar. Laba yang dihasilkan saat itu hanya USD1,65 miliar dan nilai GE hanya USD12 miliar. Padahal karyawannya saat itu lebih banyak sekitar 440.000 orang di seluruh dunia.
Saat menjelang lengser pada tahun 2000, pendapatan GE telah mencapai USD129.853 miliar dan laba USD12.735 miliar. Kapitalisasi GE pada April 2000 adalah yang tertinggi di dunia sekitarUSD518 miliar. Dengan jumlah karyawan 313.000 orang, memiliki 250 pabrik di 26 negara dan beroperasi di lebih 100 negara.
Kunci sukses Jack Welch selama 20 tahun memimpin GE dikupas secara apik dalam buku The Jack Welch Secrets karya Stuart Crainer. Buku setebal 208 halaman yang diterbitkan Daras Books secara lugas menuturkan sepuluh kunci sukses kepemimpinan Jack Welch. Buku ini membuat kita bisa memahami sikap keras Jack Welch dalam memimpin yang membuatnya dijuluki “Neutron Jack”.
Betapa tidak, Jack Welch dikenal sebagai CEO paling keras di masanya. Baru empat tahun duduk di tampuk pimpinan GE, dia sudah mengurangi (downsizing) hampir 200.000 karyawan. Lalu, pada tahun 1989 sekitar 100.000 karyawan pun meninggal GE, sehingga membuat banyak pihak khawatir dengan masa perusahaan legendaris ini karena kehilangan banyak potensi besar.
Namun, di sini Jack Welch membuktikan kepiawaiannya. Dengan jumlah karyawan yang ramping dan organisasi perusahaan yang sederhana, dia mampu melejitkan kinerja GE. Dengan konsep Work Out dan Sigma Six, dia berhasil mengoptimalkan kreativitas karyawan. Karena dia tak segan-segan mendidik langsung bawahannya dan menyediakan seperempat waktu kerjanya untuk melatih mereka.
Hal itu membuat dia cepat menangkap ide kreatif dari karyawan dari setiap lapisan dan memastikan kualitas setiap produk GE. Bagi Jack Welch bisnis berisi ide dan produk berkualitas. Jadi pahlawan dalam bisnis adalah orang punya kreativitas dan mampu mewujudkan menjadi produk berkualitas.
Dia pun tak segan-segan mengaji tinggi karyawannya untuk mendapat ide terbaik dan siap menghadapi tekanan yang berat. Bukan sekadar mengandalkan loyalitas karyawan untuk memajukan GE. “Kualitas seseorang dilihat dari ide dan kemampuan mewujudkannya, bukan loyalitasnya. Kalau loyalitas dianggap sebagai kualitas seseorang, maka kualitas itu buta,” tandas Jack Welch. (wasis wibowo)
Labels:
Buku Baru,
Dastan Books,
GE,
Jack Welch,
Resensi Buku,
Resensi Buku Baru
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment